Gambar

Gambar

Gambar

Kamis, 17 Desember 2015

Resume Buku



BAB II
KALIMAT YANG EFEKTIF

1.        Pendahuluan
Tulis-menulis atau karang mengarang adalah untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan penulis dari hasil pemikirannnya yang dituangkan dalam sebuah karya tulisan yang dapat dipahami dan dapat diterima oleh pembaca. Untuk membuat pembaca paham pada sebuah tulisan tentu dalam membuat sebuah karangan harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya tulis, salah satunya yaitu penggunaan kalimat yang efektif. Penggunaan kalimat yang efektif tercermin dari kita berkomunikasi menggunakan bahasa sehari-hari sebagai mediumnya. Aspek penguasaan bahasa di antaranya:
1.    Penguasaan secara aktif perbendaharaan kosa kata.
2.    Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa secara aktif
3.    Kemampuan menemukan gaya untuk penyampaian gagasan.
4.    Tingkat penalaran(logika) seseorang.
          
2.      Kesatuan Gagasan
Pembentukan kalimat yang efektif pada sebuah karangan bukan hal yang mudah. Kalimat efektif harus bisa mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pegarang. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar dan pembaca. Setiap kalimat yang baik harus memperlihatkan kesatuan gagasan. Gagasan yang tidak mempunyai hubungan dilarang untuk disatukan karena dapat merusak pemikiran. Berikut contoh kesatuan gagasan:
a.    Yang jelas kesatuan gagasannya:
1.    Semua penduduk desa itu mendapat penjelasan mengenai Rencana Pembangunan Lima Tahun (kesatuan tunggal).
2.    Dia telah meninggalkan rumahnya jam 6 pagi, dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu(kesatuan gabungan).
3.    Ayah bekerja di perusahaan pengangkutan itu, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu(kesatuan pertentangan).
4.    Kamu boleh menyusul saya ketempat itu, atau tinggal saja disini(kesatuan pilihan).
b.  Yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
  1. Di daerah-daerah sudah mempunyai Lembaga Bahasa.
  2. Dalam pendidikan juga sangat berhubungan erat kepada bahasa.
  3. Di rumah-rumah sakit penuh sesak penderita-penderita atom yang belum mati.
  4. Kebutuhan akan makan oleh manusia  tidak dapat menunggu sampai hari esok.
Kalimat diatas merupakan contoh kesatuan gagasan yang tidak jelas karena kedudukan subjek atau predikat yang tidak jelas, terutama karena salah menggunakan kata depan.

3.    Koherensi
          Koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah keruntutan  dalam membentuk kalimat yang baik dan jelas antara unsur-unsur kata atau kelompok kata. Setiap bahasa memiliki kaidah tertentu untuk mengurutkan gagasan-gagasan di mana dalam gagasan tersebut ada bagian yang boleh dipisahkan dan yang tidak boleh dipisahkan. Dalam kesatuan pikiran lebih ditekankan adanya isi pikiran, sedangkan dalam koherensi lebih ditekankan segi struktur atau inter-relasi antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam kalimat. Oleh karena itu bisa terjadi kalimat yang mengandung sebuah kesatuan pikiran, namun koherensinya tidak baik.
a.         Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
Baik: adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebun kemarin pagi, dengan sekuat tenaganya.
Tidak baik: adik saya yang paling kecil memukul dengan sekuat tenaganya kemarin pagi di kebun anjing.
b.        Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula karena salah menggunakan kata depan, kata penghubung, dan sebagainya.
Benar: membahayakan negara.
Salah: membahayakan bagi negara.
c.         Pemakaian kata, baik karena merangkainya dua kata yang maknanya tidak tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi.
Demi untuk kepentingan saudara sendiri, saudara dilarang merokok (demi kepentingan atau untuk kepentingan).
d.        Menempatkan keterangan atau aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb.) pada kata kerja tanggap.
Buku itu saya sudah baca hingga tamat (salah).
Buku itu sudah saya baca hingga tamat (benar).



4.        Penekanan
Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kaliamt (gagasan utama) mempunyai gagasan yang padat berbeda dengan kalimat yang bersifat menjelaskan dan gagasan lebih ringkas dengan diturunkan kata per katanya(kalimat penjelas). Dalam bahasa lisan kita dapat mempergunakan tekanan, gerak-gerik dan sebagainya untuk memberi tekanan pada sebuah kata. Dalam bahasa tulis dapat menggunakan cara-cara berikut:
a.   Mengubah-ubah posisi dalam kalimat yang sesuai dengan prinsip bahasa bahwa kata yang di tempatkan pada awal kalimat merupakan kata yang penting.
b.  Menggunakan repetisi yaitu pengulangan kata yang di anggap penting dalam sebuah kalimat.
c.    Pertentangan
d.   Partikel penekanan untuk menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat.     

5.    Variasi
Variasi bertolak belakang dengan repetisi. Repetisi atau pengulangan sebuah kata untuk memperoleh efek penekanan, lebih baik menekankan kesamaan bentuk. Variasi merupakan upaya menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahasa agar penggunanya dapat menggunakan sesuai minat dan perhatiannya. Variasi dalam kalimat dapat berupa:
a.         Variasi sinonim kata
b.        Variasi panjang-pendeknya kalimat
c.         Variasi bentuk me- dan di-
d.        Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat.

6. Paralelisme        
Paralelisme merupakan susunan struktur atau konstruksi gramatikal yang sama sebagai wujud kesatuan gagasan dalam kalimat.
Baik: tahap terakhir dari dari penyelesaian gedung itu adalah pengecatan seluruh temboknya, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruangnya. (atau: mengecat..., memasang..., menguji..., mengatur....).
Salah: tahap terakhir dari penyelesaian gedung itu adalah pengecatan seluruh temboknya, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruangnya.


7.  Penalaran atau Logika
 Penalaran atau logika merupakan jalan pikiran atau proses pemikiran seseorang dalam mendeskripsikan kalimat yang bisa dipastikan kebenarannya sesuai kajian bahasa dengan struktur gramatikal yang baik. Makna dalam kalimat dapat dinalar secara logis. Berikut uraian hal dasar tentang berpikir logis:
a.   Definisi (Batasan)
            Definisi atau batasan merupakan pembatasan yang jelas terhadap makna kata atau kalimat agar sesuai dengan konteks yang dimaksud.
            Misalnya bahaya, berasal dari bahasa sansekerta bhaya, n. Yang berarti ketakutan, kedasyatan, kecemasan; sesuatu yang mendatangkan bencana, kecelakaan, kesengsaraan dsb. (secara etimologi)
b.   Generalisasi
          Generalisasi merupakan pernyataan yang menyatakan kesimpulan dari peristiwa semacam yang benar-benar terjadi berlaku pula untuk peristiwa yang sama. Dalam kehidupan sehari-hari banyak peristiwa yang terjadi pada diri kita, ada peristiwa yang berbeda dan terkadang terjadi peristiwa yang sama. Beberapa dari peristiwa tersebut bisa diambil sebuah kesimpulannya. Kesimpulan itu yang disebut generalisasi. Dalam pembuatan generalisasi dibutuhkan peristiwa yang cukup dan sesuai dengan fakta-fakta agar pernyataan-pernyataan dapat di pertahankan terhadap orang lain. Misalnya, dalam pengamatan sepotong besi dimasukkan dalam api, ternyata volumenya membesar. Pengalaman selanjutnya dengan memasukkan tembaga, kuningan, emas, perak, alumunium dalam api, volumenya memuai seperti besi. Maka dapat dibuat kesimpulan yang bersifat generalisasi: semua logam akan memuai bila dipanaskan.

Buku yang diringkas:
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Flores, NTT: 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar