BAB II
KALIMAT YANG EFEKTIF
1.
Pendahuluan
Tulis-menulis atau karang
mengarang adalah untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan penulis dari hasil
pemikirannnya yang dituangkan dalam sebuah karya tulisan yang dapat dipahami
dan dapat diterima oleh pembaca. Untuk membuat pembaca paham pada sebuah
tulisan tentu dalam membuat sebuah karangan harus memperhatikan kaidah-kaidah
penulisan karya tulis, salah satunya yaitu penggunaan kalimat yang efektif.
Penggunaan kalimat yang efektif tercermin dari kita berkomunikasi menggunakan
bahasa sehari-hari sebagai mediumnya. Aspek penguasaan bahasa
di antaranya:
1. Penguasaan secara aktif perbendaharaan kosa
kata.
2. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa
secara aktif
3. Kemampuan menemukan gaya untuk penyampaian gagasan.
4. Tingkat penalaran(logika) seseorang.
2. Kesatuan Gagasan
Pembentukan
kalimat yang efektif pada sebuah karangan bukan hal yang mudah. Kalimat efektif harus bisa mewakili secara tepat
isi pikiran atau perasaan pegarang. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar dan pembaca. Setiap
kalimat yang baik harus memperlihatkan kesatuan gagasan. Gagasan yang tidak
mempunyai hubungan dilarang untuk disatukan karena dapat merusak pemikiran.
Berikut contoh kesatuan gagasan:
a.
Yang jelas kesatuan gagasannya:
1. Semua penduduk desa itu mendapat penjelasan mengenai
Rencana Pembangunan Lima Tahun (kesatuan tunggal).
2. Dia telah meninggalkan rumahnya jam 6
pagi, dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu(kesatuan gabungan).
3. Ayah bekerja di perusahaan pengangkutan
itu, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu(kesatuan pertentangan).
4. Kamu boleh menyusul saya ketempat itu,
atau tinggal saja disini(kesatuan pilihan).
b.
Yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
- Di daerah-daerah sudah mempunyai Lembaga Bahasa.
- Dalam pendidikan juga sangat berhubungan erat kepada bahasa.
- Di rumah-rumah sakit penuh sesak penderita-penderita atom yang belum mati.
- Kebutuhan akan makan oleh manusia tidak dapat menunggu sampai hari esok.
Kalimat
diatas merupakan contoh kesatuan gagasan yang tidak jelas karena kedudukan
subjek atau predikat yang tidak jelas, terutama karena salah menggunakan kata
depan.
3.
Koherensi
Koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah keruntutan dalam membentuk
kalimat yang baik dan jelas antara
unsur-unsur kata atau kelompok kata. Setiap bahasa memiliki kaidah tertentu
untuk mengurutkan gagasan-gagasan di mana dalam gagasan tersebut ada bagian
yang boleh dipisahkan dan yang tidak boleh dipisahkan. Dalam kesatuan pikiran lebih ditekankan adanya isi
pikiran, sedangkan dalam koherensi lebih ditekankan segi struktur atau
inter-relasi antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam kalimat. Oleh
karena itu bisa terjadi kalimat yang mengandung sebuah kesatuan pikiran, namun
koherensinya tidak baik.
a.
Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola
kalimat.
Baik: adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebun
kemarin pagi, dengan sekuat tenaganya.
Tidak baik: adik saya yang paling kecil memukul dengan
sekuat tenaganya kemarin pagi di kebun anjing.
b.
Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula karena salah menggunakan kata
depan, kata penghubung, dan sebagainya.
Benar: membahayakan negara.
Salah: membahayakan bagi negara.
c.
Pemakaian kata, baik karena merangkainya dua kata yang maknanya tidak
tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi.
Demi untuk kepentingan saudara sendiri, saudara dilarang
merokok (demi kepentingan atau untuk kepentingan).
d.
Menempatkan keterangan atau aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb.) pada
kata kerja tanggap.
Buku itu saya sudah baca hingga tamat (salah).
Buku itu sudah saya baca hingga tamat (benar).
4.
Penekanan
Inti pikiran
yang terkandung dalam tiap kaliamt (gagasan utama) mempunyai gagasan yang padat
berbeda dengan kalimat yang bersifat menjelaskan dan gagasan lebih ringkas
dengan diturunkan kata per katanya(kalimat penjelas). Dalam bahasa lisan kita
dapat mempergunakan tekanan, gerak-gerik dan sebagainya untuk memberi tekanan
pada sebuah kata. Dalam bahasa tulis dapat menggunakan cara-cara berikut:
a.
Mengubah-ubah posisi dalam kalimat yang sesuai dengan prinsip bahasa
bahwa kata yang di tempatkan pada awal kalimat merupakan kata yang penting.
b.
Menggunakan repetisi yaitu pengulangan kata yang di anggap penting dalam
sebuah kalimat.
c.
Pertentangan
d.
Partikel penekanan untuk menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah
kalimat.
5.
Variasi
Variasi bertolak belakang
dengan repetisi. Repetisi atau pengulangan sebuah kata untuk memperoleh efek
penekanan, lebih baik menekankan kesamaan bentuk. Variasi merupakan upaya menganeka-ragamkan
bentuk-bentuk bahasa agar penggunanya dapat menggunakan sesuai minat dan
perhatiannya. Variasi dalam kalimat dapat berupa:
a.
Variasi sinonim kata
b.
Variasi panjang-pendeknya kalimat
c.
Variasi bentuk me- dan di-
d.
Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat.
6. Paralelisme
Paralelisme merupakan susunan struktur atau konstruksi
gramatikal yang sama sebagai wujud kesatuan gagasan dalam kalimat.
Baik: tahap terakhir dari dari
penyelesaian gedung itu adalah pengecatan seluruh temboknya, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruangnya.
(atau: mengecat..., memasang..., menguji..., mengatur....).
Salah: tahap terakhir dari
penyelesaian gedung itu adalah pengecatan seluruh temboknya, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruangnya.
7. Penalaran atau
Logika
Penalaran atau
logika merupakan jalan pikiran atau proses pemikiran seseorang dalam mendeskripsikan
kalimat yang bisa dipastikan kebenarannya sesuai kajian bahasa dengan struktur
gramatikal yang baik. Makna dalam kalimat dapat dinalar secara
logis. Berikut uraian hal dasar tentang berpikir logis:
a. Definisi (Batasan)
Definisi atau batasan merupakan
pembatasan yang jelas terhadap makna kata atau kalimat agar sesuai dengan
konteks yang dimaksud.
Misalnya bahaya, berasal dari bahasa
sansekerta bhaya, n. Yang berarti ketakutan, kedasyatan, kecemasan; sesuatu
yang mendatangkan bencana, kecelakaan, kesengsaraan dsb. (secara etimologi)
b. Generalisasi
Generalisasi merupakan pernyataan yang menyatakan kesimpulan dari peristiwa semacam yang
benar-benar terjadi berlaku pula untuk peristiwa yang sama. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak peristiwa yang terjadi pada diri kita, ada
peristiwa yang berbeda dan terkadang terjadi peristiwa yang sama. Beberapa dari
peristiwa tersebut bisa diambil
sebuah kesimpulannya. Kesimpulan itu
yang disebut generalisasi. Dalam pembuatan
generalisasi dibutuhkan peristiwa yang cukup dan sesuai dengan fakta-fakta agar
pernyataan-pernyataan dapat di pertahankan terhadap orang lain. Misalnya, dalam pengamatan sepotong besi dimasukkan
dalam api, ternyata volumenya membesar. Pengalaman selanjutnya dengan
memasukkan tembaga, kuningan, emas, perak, alumunium dalam api, volumenya
memuai seperti besi. Maka dapat dibuat kesimpulan yang bersifat generalisasi:
semua logam akan memuai bila dipanaskan.
Buku yang
diringkas:
Keraf, Gorys.
2004. Komposisi. Flores, NTT: 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar